Minggu, 06 November 2016

Manusia dan Kesusastraan

Hai lanjut lagi sama gue masih di materi yang sama yaitu Ilmu Budaya Dasar, tapi beda judul nih, sekarang gue mau bahas mengenai Manusia dan Kesusastraan. Nanti diakhir gue bakal kasih contoh puisi dari penulis terkenal, kepo gak? Kalo kepo yuk langsung baca aja kebawah.. enjoy guys!!

Pendekatan dan Pengertian Kesusastraan
Ilmu Budaya Dasar yang semula dinamakan Basic Humanities berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Umumnya, humanus mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang-cabang lain termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat dan sebagainya. Intinya semua mempelajari masalah manusia dan budaya. Hampir di setiap jaman, seni yang termasuk sastra memegang peranan penting dalam the humanities. Ini karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nila-nilai kemanusiaan seperti ilmu bahasa, seni memegang peranan yang penting karena nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikannya.
Hampir disetiap zaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada hakikatnya adalah satu. Kenyataan inilah yang mempermudah sastra dalam berkomunikasi.
Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
Sastra didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normatif.

Ilmu Budaya Dasar dan Prosa
Istilah prosa banyak padanannya. Kadang disebut narrative fiction, prose fiction, atau hanya fiction saja. Dalam bahasa indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur ang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, novel, atau cerita pendek.

Kesusastraan Indonesia mengenal jenis prosa lama dan baru.
A. Prosa lama
- Dongeng-dongeng
- Hikayat
- Sejarah
- Epos
- Cerita pelipur lara

B. Prosa baru
- Cerita pendek
- Roman/novel
- Biografi
- Kisah
- Otobiografi

Nilai- Nilai dan Prosa Fiksi
      Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, pastinya karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung memberikan moral, pesan atau cerita. Dengan kata lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:
1. Prosa Fiksi Memberikan Kesenangan
Pembaca mendapatkan pengalaman seperti mengalaminya sendiri peristiwa itu atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat berimajinasi untuk mengenal daerah atau tempat asing, atau juga dapat mengenal tokoh-tokoh aneh yang asing tingkah lakunya atau mungkin yang rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses yang dikisahkan didalam cerita.
2. Prosa Fiksi Memberikan Informasi
Prosa fiksi memberikan informasi yang tidak terdapat didalam ensiklopedi.
3. Prosa Fiksi Memberikan Arisan Kultural
Novel seperti Siti Nurbaya, salah asuhan, sengsara membawa nikmat merupakan impian, harapan, aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi masa kini. Novel yang menggambarkan tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan, saat ini tidak lagi dialami secara fisik oleh generasi muda, oleh karena itu jiwa kepahlawanan generasi muda perlu disentuh melalui sastra.
4. Prosa Memberikan Keseimbangan Wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan bedasarkan pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang ada di kehidupan pribadi. Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya. Mengenai moral, karya sastra dibagi menjadi dua, yaitu:
Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki jamannya. Kebanyakan karya sastra Indonesia di jaman jepang yang dikelompokan kedalam kelompok ini.
- Karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.

Ilmu Budaya Dasar dan Puisi
Puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar. Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian adalah cabang/unsur dari kebudayaan. Kalau dibatasi, maka puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.

     Kepuitisan atau keartistikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
1. Figura bahasa seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dll sehingga pusisi menjadi hidup, menarik dan memberikan kejelasan gambaran angan.
2. Kata yang ambiquitas yaitu kata yang bermakna ganda, banyak tafsirnya.
3. Kata berjiwa yaitu kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup.
4. Kata yang konotatif yaitu kata yang sudah diberi tambahan nilai rasa dan asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.

Alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada Ilmu Budaya Dasar:
1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
2. Puisi dan keinsyafan/ kesadaran individual
3. Puisi dan keinsyafan sosial
Secara imajinatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa:
- Penderitaan atas ketidakadilan
- Perjuangan untuk kebebasan
- Konflik dengan sesamanya
- Pemberontakan terhadap hukum Tuhan

        Puisi umumnya syarat akan nilai etika, estetika, dan juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi adalah cinta kasih.

       Gue bakal kasih contoh puisi tentang cinta karya penulis terkenal Tere Liye yang karyanya hebat banget sih menurut gue, kata-kata dia puitis plus menyentuh hati banget. Puisi ini emang agak sedih sih, tapi pasti kalau kalian baca kena banget dihati deh hehe ohiya kenapa gue ambil contoh puisi Tere Liye? Karena satu gue gak jago buat puisi dan kedua gue mau berbagi sama kalian karyanya Tere Liye karna gue suka banget buku beliau yang isinya 24 sajak itutuh. Yaudah langsung ajayaaaa….

Sajak “Kalaupun Tidak”

Kalaupun dia tidak tahu kita menyukainya.
Kalaupun dia tidak tahu kita merindukannya.
Kalaupun dia tidak tahu kita menghabiskan waktu memikirkannya.

Maka itu tetap cinta. Tidak berkurang sesenti pun perasaan
tersebut.

Justru dengan ngotot ingin bilang, ingin pacaran, ingin aneh-aneh,
Perasaan itu tiba-tiba bermetamorfosis menjadi egoisme
dan sebatas keinginan yang tidak terkendali saja.

Bersabarlah dan diam lebih baik.
Jika memang jodoh akan terbuka sendiri jalan terbaiknya.
Jika tidak, akan diganti dengan orang yang lebih baik.

*Tere Liye

Sumber : 
E-Book Tingkat 1 Universitas Gunadarma. Ilmu Budaya Dasar. Widyo Nugroho.
Buku Kumpulan Sajak Dikatakan Atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta. Tere Liye


Tidak ada komentar:

Posting Komentar